Temperatur siang hari umumnya berkisar pada 32-38 C pada musim panas, seringkali pula mencapai 46-50 C. Temperatur tertinggi yang pernah diukur adalah 58 C di El Azizia, Libya, pada tanggal 13 September 1922. Pada musim dingin, temperatur siang hari hanya berkisar pada 10-18 C. Namun seringkali pula mencapai 35 C. Fluktuasi temperatur pada musim dingin berkisar dari <0 C hingga 38 C pada satu hari. Meskipun gurun didefinisikan hanya menerima curah hujan <25 cm/tahun, namun angka tersebut tidak akurat sekaligus tidak dapat diprediksi. Sering terjadi suatu tempat menerima curah hujan melebihi angka presipitasi tahunan dalan satu kali badai, dan kemudian hanya menerima sedikit atau tidak ada hujan sama sekali untuk tahun-tahun berikutnya. Vegetasi di gurun umumnya jarang dan terdistribusi tidak merata serta memiliki ciri pertumbuhan yang lambat.
Pelapukan mekanis adalah jenis pelapukan paling dominan di daerah gurun, dengan bentuk utamanya berupa variasi temperatur harian yang ekstrim.Pelapukan mekanis lainnya akibat akar tanaman dan pertumbuhan Kristal garam juga turut andil. Pelapukan kimiawi sangat sedikit karena iklim yang kering dan minimnya asam organik dari tumbuhan yang tersebar jarang. Pelapukan kimiawi hanya berkembang sesaat ketika musim dingin dan curah hujan cukup banyak. Salah satu fenomena menarik di gurun adalah pernis batuan (rock varnish, sering pula disebut patination), yaitu lapisan sangat tipis berwarna coklat atau hitam dengan komposisi besi dan oksida mangan. Sumber kedua mineral tersebut diduga dari debu gurun yang dibawa oleh angin atau dari penguapan kotoran mikroorganisme. Tanah gurun, jika berkembang, umumnya tipis dan setempat-setempat,karena terbatasnya hujan serta akibat jarangnya vegetasi yang mengurangi efisiensi pelapukan kimiawi dan pembentukan tanah. Terlebih, jarangnya vegetasi penutup membuat erosi angin sangat kuat sehingga hanya sedikit tanah yang bisa terbentuk.
Air, meskipun bukan agen proses eksogenik yang dominan, sering meninggalkan jejaknya. Kondisi kering dan jarangnya vegetasi memperbesar peluang terjadinya erosi air. Karena seringkali datang sekaligus ketika badai, air dalam jumlah banyak mampu mengerosi dan membawa banyak material gurun dalam waktu yang singkat. Sungai-sungai yang ada di gurun tidak berkembang baik karena sifatnya yang intermitten. Sebagian besar tidak pernah mencapai laut, karena paras muka air tanah (water table) sangat dalam, sehingga sungai-sungai tidak pernah mendapat pasokan air dari air tanah untuk menggantikan airnya yang menguap ke udara dan yang terserap ke dalam tanah. Jenis pola pengaliran seperti ini disebut internal drainage, dimana muatan sungai hanya diendapkan di lingkup gurun saja. Sebagian gurun memiliki sungai permanen, seperti Sungai Nil di Afrika. Sungai-sungai tersebut mampu mengalir melintasi gurun karena hulunya berada diluar kawasan tersebut dan volume air pada mata air tersedia dalam jumlah melimpah, cukup untuk menggantikan hilangnya air yang kelak menguap dan terserap selama menempuh perjalanan melintasi gurun.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar