Assalammualaikum,
Fileldtrip pada daerah bayat ini dibagi menjadi 4 stasiun pengamatan yang mana tiap stasiun pengamatan nantinya akan dibagi lagi menjadi beberapa lokasi pengamatan (LP).
Hello visitors. Now I'm going to share my petrology Fieldtrip in bayat when I was in 3rd semester.
Firstly, I want to tell you that this is just the summary of my petrology filedtrip report. If you want the full report of this fieldtrip you can contact me personally.
Thank you very much.
Lokasi daerah fieldtrip ini secara umum terletak di bayak, klaten, jawa tengah. Fieldtrip ini dilaksanakan pada 7 desember 2013. Fieldtrip petrologi kali ini didampingi oleh dosen Bapak Agus Hendratno M.T dan Bapak Nugroho Imam Setiawan, Dr. ENG., yang merupakan dosen pengampu di jurusan geologi ugm.
Fileldtrip pada daerah bayat ini dibagi menjadi 4 stasiun pengamatan yang mana tiap stasiun pengamatan nantinya akan dibagi lagi menjadi beberapa lokasi pengamatan (LP).
1. STA1
Secara administratif lokasi pengamatan STA 1 terletak Dusun Pager jurang, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Kecamatan Bayat, Jawa Tengah. Sedangkan letak secara geografis letak STA 1 terletak pada E 110o37’ 41,2’’ – S 7o 46’ 38,4’’. STA 1 ini dibagi menjadi dua lokasi pengamatan.
a. Lokasi pengamatan 1 (LP1)
Gambar 1: Singkapan Blue Schist & Serpentinite
Pada lokasi pengamatan 1 (LP1) ini berhasil ditemukan dua buah singkapan batuan dengan dua fasies yang berbeda pula yaitu singkapan batuan Blue Schist yang terletak disebelah timur dan singkapan batuan Serpentinite yang terletak di sebelah barat. Kedua batuan yang tersingkap tersebut merupakan batuan metamorf dengan deskripsi sebagai berikut:
Gambar 2: Serpentinit
Gambar 3: Blue Schist
Petrogenesa litologi batuan pada LP1
Daerah pada lokasi pengamatan 1 ini merupakan singkapan batuan yang ternyata berupa produk sesar. Singkapan yang berwarna lebih gelap merupakan blue schist sedangkan yang lebih terang merupakan singkapan batuan serpentinite. Batuan yang tersingkap ini diperkirakan telah berumur sekitar 98 juta tahun sehingga dapat dikategorikan sebagai singkapan batuan yang sudah tua. Serpentinite berasal dari batuan beku ultramafic yang banyak mengandung mineral tuff dan spinel serta dicirikan dengan kilap seperti sabun/lemak , sedangkan sekis biru parental rocknya adalah batuan sedimen. Sekis biru yang tersingkap pada LP1 berada pada zona subduksi yang terbentuk pada fasies metamorfisme sekis biru. Singkapan sekis biru dan serpentinite ini dapat tersingkap secara bersamaan dikarenakan oleh gaya tektonik sehingga mengakibatkan pengangkatan pada zona subduksi, dikarenakan densitas serpentinite yang lebih rendah maka singkapan serpentinite ini berfungsi sebagai agen yang mengangkat sekis biru ke permukaan. Akibat perbedaan tekanan (P) dan suhu (T) dipermukaan yang berbeda jauh jika dibandingkan pada zona subduksi maka perlahan – lahan batuan sekis biru dapat berubah menjadi sekis hijau.
b. Lokasi pengamatan 2 (LP2)
Pada lokasi pengamatan 2 (LP2) berhasil ditemukan singkapan batuan beku yaitu gabbro yang telah mengalami erosi, sehingga dapat dikatan sebagai bongkah – bongkahan batuan beku. Berikut penampang bongkahan gabbro pada LP2.
Gambar 4. Gabbro
Petrogenesa
Pada lokasi pengamatan 2 (LP2) berhasil ditemukan singkapan batuan beku yaitu gabbro yang telah berbentuk sebagai bongkahan hal ini diakibatkan oleh erosi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama. Diperkirakan dulunya daerah pagerjurang ini dulunya merupakan daerah pegunungan dengan singkapan batuan metamorf yang kemudian terjadi proses intrusi batuan beku namun intrusi ini tidak sampai kepermukaan. Hal ini mengakibatkan mineral – mineral pada bongkahan batu gabbro masih dapat terus tumbuh karena space, suhu, tekanan, dan energy yang memadai. Namun, akibat erosi perlahan singkapan batuan metamorf mulai menghilang sehingga singkapan batuan beku (gabbro) mulai nampak kepermukaan kemudian singkapan tersebut juga terkena erosi sehingga cuman menyisahkan bongkahan batu gabbro yang dapat ditemukan dipermukan. Jadi, pada dasarnya pada daerah STA 1 ini batuan metamorfnya dipotong (intrusi) oleh batuan beku.
2. STA2
Lokasi stasiun pengamatan 2 secara administratif terletak di timur laut lereng gunung pendul desa gunung gajah, kecamatan bayat, kabupaten klaten, jawa tengah. Sedangkan letak geografisnya terletak pada 7o 46’ 9,6’’ (LS) dan 110o40’ 21,3’’ (BT). Pada STA 2 ini lokasi pengamatan kembali dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Lokasi pengamatan 1 (LP1)
Gambar 5: Geomorfologi STA2 LP1
Gambar 6: Singkapan batuan mikrodiorit
Petrogenesa
Gunung pendul dibentuk karena proses intrusi, jadi daerah sekelilingnya kemungkinan terbentuk dari batuan intrusi. Dulunya batuan beku yang nampak pada LP1 ini merupakan bagian dalam dari gunung berapi, namun gunung berapi tersebut telah tererosi hingga bagian dalam gunung berapi tersebut menjadi nampak kepermukaan. Lalu bagian dalam dari gunung berapi tersebut mengalami pelapukan akibat dari iklim, dan membentuk pola pelapukan membola (spheroidal weathering).
Pola pelapukan membola ini terbentuk akibat kandungan mineral feldspar pada batuan mikro diorite tersebut. Pada singkapan batuan mikrodiorit ini berhasil ditemukan struktur ophilitik dimana terdapat hubungan salinh menyilang antara mineral – mineral penyusun batuan tersebut. Batuan yang tersingkap ini merupakan batuan yang berasal dari magma yang bersifat intermediet, batuan ini berdasarkan ukuran butirnya memiliki ukuran yang sama dengan andesit, namun tetap digolongkan sebagai diorite karena kandungan mineral piroksennya yang melimpah. Oleh sebab itu batuan yang tersingkap ini dinamakan mikrodiorit.
b. Lokasi pengamatan 2 (LP2)
Gambar 7: Geomorfologi STA2 LP2
Gambar 8 : Batupasir berlaminasi
Petrogenesa
Singkapan batuan LP2 terletak disebelah barat LP1 dengan jarak diperkiran kurang lebih 25 m. Namun, singkapan batuan yang ditemukan merupakan singkapan batuan sedimen, hal ini berbeda dengan singkapan pada LP1 yang merupakan singkapan batuan beku. Terdapatnya singkapan batuan sedimen yang berdekatan dengan singkapan batuan beku pada LP1 ini diperkiran karena adanya proses sebagai berikut:
· Intrusi
Karena proses intrusi diperkirakan batuan yang ada terlebih dahulu merupakan singkapan batuan sedimen lalu kemudian terjadi intrusi oleh batuan beku. Jadi singkapan batuan sedimen dipotong oleh intrusi batuan beku.
· Ketidakselarasan
Pada awalnya diperkirakan batuan beku yang telah ada terlebih dahulu, kemudian terjadi proses erosi yang mengakibatkan batuan beku tersebut mengalami pelapukan. Setelah pelapukan terjadi maka terjadi proses pengendapan material – material sedimen.
· Deformasi
Berdasarkan prinsip deformasi, tenaga yang berperan adalah tenaga endogen yang kemudian terjadi proses pengangkatan batuan beku lalu pada bedding singkapan terjadi proses pengendapan material – material sedimen.
Batupasir laminasi dengan tekstur klastik yang tersingkap ini dapat mencirikan bahwa slope pengendapan berbentuk landai, dengan kecepatan sedimentasi yang lambat namun bersifat kontinyu dan dikarenakan material sedimennya berukuran pasir jadi diperkirakan agen transportasinya adalah air sungai. Hal ini tebukti dengan ditemukannya cekungan yang merupakan sungai musiman.
3. STA3
Lokasi stasiun pengamatan 3 (STA 3) secara administratif masih terletak di desa timur laut gunung pendul, dusun desa gunung gajah, kecamatan bayat kabupaten klaten, jawa tengah. Sedangkan secara geografis STA 3 terletak di 7-46-0 LS, 110-40-16 BT. . Stasiun pengamatan 3 (STA 3) ini adalah lokasi cagar alam objek geologi yang terdapat singkapan batuan batugamping nummulites yang berbentuk seperti batu terbalik. STA 3 ini dibagi lagi menjadi 3 lokasi pengamatan (LP).
a. Lokasi pengamatan 1 (LP1)
Gambar 9: Batugamping Numulites sp
Petrogenesa
Termasuk dalam formasi wungkal gamping yang terbentuk batuan tertua yang terdapat pada daerah ini. Sekitar zama eosen tengah sampai eosen akhir yang ditandai dengan adanya fosil numulites. Batuan pada wilayah ini termasuk mudstone karena kandungan lumpur dalam batuan lebih banyak jika dibandingkan dengan material lain. Pada awalnya daerah ini merupakan daerah laut dangkal, organisme laut banyak terendapkan dalam bidang perlapisan batuan, yang mana batuannya terbentuk secara insitu. Daerah ini merupakan daerah subduksi, jadi apabila ada gaya tektonik maka daerah tersebut terangkat atau sering disebut dengan uplifting. Dalam proses pengangkatan endapan batuan sedimen terjadi proses metamorfisme tapi tidak terjadi proses termetamorfisme seutuhnya, sehingga terbentuk batuan metasedimen. Pada batuagamping numulites ini juga ditemukan endapan mineral kalsit yang menandakan adanya pengaruh tekanan yang tinggi overburden. Selain itu jika endapan cangkang organisme dalam batuan tersebut di pecah maka akan
b. Lokasi Pengamatan 2 (LP2)
Pada lokasi pegamatan 2 ini dibagi menjadi 3 titik pengamatan. yaitu:
· Lokasi pengamatan 2.1
Gambar 10: Batu Marmer
Petrogenesa
Batuan yang tersingkap pada LP2.1 merupakan batu marmer, dengan protolith atau batuan asal yang berupa batugamping (limestone). Namun, proses metamorfosa batuan protolitnya yang tidak sempurna yang diakibatkan oleh penurunan tekanan (P) dan suhu (T) secara drastis.
· Lokasi pengamatan 2.2
Gambar 11: Batu Filit
Petrogenesa
Batuan yang tersingkapa pada LP2.2 ini merupakan batu filit yang protolitnya diperkirakan dapat berupa batulempung atau batulanau yang kemudian mengalami metamorfisme pada tekanan (P) dan suhu (T) tertentu. Sehingga membentuk batu filit
· Lokasi pengamatan 2.3
Gambar 12: Batu Sekis Mika
Gambar 13: Batu Kuarsit
Petrogenesa
Batuan yang tersingkap pada LP2.3 ini adalah batuan skis dengan kandungan mika yang melimpah jadi nama batuannya adalah sekis mika. Singkapan batuan sekis mika ini sudah tidak mengandung unsur karbonatan seperti pada LP2.1 meskipun jarak singkapannya tidak terlalu jauh yaitu 8 – 10 meter. Pada singkapan batuan sekis mika ini juga ditemukan singkapan batuan kuarsit yang berada di bagian bawah pada singkapan sekis mika. Protolith batu sekis mika ini merupakan batulanau yang kemudian mengalami proses metamorfisme. Batuan sekis mika dan kuarsit yang berada pada LP2.3 ini terbentuk pada derajat metamorfisme dan fasies yang berbeda.
c. Lokasi pengamatan 3 (LP3)
Gambar 14: Singkapan Graphite phylit
Gambar 15: Batupasir Laminasi
Petrogenesa
Pada LP3 ini berhasil ditemukan dua buah singkapan batuan yang berbeda yaitu singkapan grafit filit yang berada dibagian bawah dan singkapan batuan sedimen yang berada pada bagian atas. Jadi berdasarkan prinsip geologi hukum superposisi dapat diketahui bahwa batuan grafit filit telah tersingkap terlebih dahulu dan kemudian baru terjadi endapan material sedimen yang berada diatasnya
4. STA4
Secara umum lokasi stasiun pengamatan 4 terletak disebelah utara STA 3. Secara administratif stasiun pengamatan 4 ini terletak di gunung Joko tuo, kecamatan bayat, kabupaten klaten, jawa tengah. Sedangkan secara geografis STA 4 ini terletak di S 7o 45’ 37.1’’ – E 110o 40’ 28.9’’
Gambar 16: Geomorfologi STA4
Gambar 17: Marmer
Gambar 18: Batu Filit
Petrogenesa
Batuan marmer dan limestone jika dilihat secara sekilas memiliki kesamaan. Namun, yang membedakan adalah struktur internalnya jika dilihat dengan menggunakan mikroskop, pada marmer akan menunjukan pola Kristal yang saling bersentuhan dan persilangan serta membentuk gerigi satu sama lain.
Pada daerah ini terdapat dua singkapan batuan yaitu marmer dan filit (warna hijau) dimana batu filit protolitnya berupa batupasir yang kemudian termetamorfisme menjadi filit pada P dan T tertentu. Ciri khas dari singkapan batu filit ini adalah warna hijau yang diakibatkan oleh kandungan mineral klorit.
Sedangkan singkapan marmer pada STA 4 ini berasal dari protolith berupa batupasir karbonatan (kandungan mineral karbonatnya tinggi). Akibat dari proses metamorfisme pada tekanan (P) dan Suhu (T) tertentu material pasir pada batupasir karbonatan berubah menjadi batu filit sedangkan unsur karbonatnya berubah menjadi marmer. Hal inilah yang menyebabkan pada singkapan batuan di STA 4 ini terjadi persilangan antar batu filit dan marmer.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar