Baper, Mager, Ambis-who are you?

Diposting oleh Selamat datang di blog on Sabtu, 10 Oktober 2015



Semakin lama, perkembanagan bahasa manusia semakin meningkat. Terutama di Indonesia khusnya di kalangan remaja. Jika dilihat dari fungsi bahasa yang sebenarnya yaitu sebagai alat komunikasi sesama, maka bahasa zaman ini memiliki banyak fungsi dibandingkan sekedar untuk berkomunikasi. Apakah fungsi lain tersebut? Dari observasi saya di lapangan, maka berbagai bahasa baru seperti baper, mager, ngambis dan lain-lain yang tidak terdaftar di KBBi ini berfungsi sebagai pertama alat untuk membully, kedua sebagai alasan untuk tidak mengerjakan sesuatu, ketiga sebagai alasan untuk menjauhkan diri dari kesalahan setelah menyinggung perasaan orang lain dan yang keempat sebagai alat untuk menghambat kemajuan orang lain bahkan diri para pengguna bahasa ini sendiri.
Ternyata, bahasa modern memang memiliki banyak fungsi. Bahasa pertama yang akan saya bahas adalah
baper. Kalau anda tidak tahu apa itu baper, maka kan saya jelaskan terlebih dahulu. Baper merupakan sebuah akronim dari bawa perasaan. Saya tidak begitu tahu asal muasal dari kata ini. Remaja kerap mengucapkan, mengetikkan atau menuliskan baper, baper, dan baper saat lawan bicaranya sedikit terbawa suasana atau emosional saat mengadakan pembicaraan dengan mereka. Misalkan, saat lawan bicara tersinggung dengan omongannya, maka sang pembicara akan melontarkan kata baper yang secara tidak langsung dia menyalahkan lawan bicaranya yang terlalu membawa perasaan mereka saat berinteraksi. Hal ini menjauhkan mereka dari rasa bersalah telah menyinggung persaan lawan bicaranya, dan yang saya takutkan intensitas baper yang makin lama penggunaannya makin meningkat akan menghilangkan kata maaf dari bibir masyarakat indonesia khususnya para remaja. Yang awlnya manusianya merasa peka dengan perasaan orang lain karena terintimidasi baper yang mengartikan bahwa mereka berlebihan dalam menanggapi sesuatu, lama-kelamaan kepekaan merka akan hilang karena takut dan enggan untuk dikatakan “baper”.
Selain dalam konteks tersebut, baper juga akan mengganggu seseorang dalam meluapkan perasaannya. Baik itu perasaan suka terhadap orang lain, perasaan marah, perasaan sedih, perasaan gembira dan lainnya. Hal ini juga saya takutkan akan membangun jiwa-jiwa manusia Indonesia yang tidak jujur akan hati kecilnya sendiri. Yang mengunci perasaan dan tidak mau berbagi. Jika keadaan ini terus berlarut, di masa depan Indonesia akan menjadi bangsa yang dingin dan kaku tanpa adanya pengekspresian emosi secara langsung dan natural. Dan lagi-lagi sumbernya hanyalah sebuah kata pendek berejakan “baper”.
Selanjutnya mager. Apa sih mager? Lagi-lagi kata ini populer di kalangan remaja. Mager kerap muncul saat seseorang merasa malas untuk mengerjakan sesuatu. Mager lagi-lagi merupakan akronim dari malas gerak. Bahkan tanpa ada kata ini pun manusia indonesia sudah tergolong malas, dan jujur saya pribadi setelah mengenal bkata ini dan kerap mengucapkannya, saya pun menjadi malas bergerak. Mungkin ungkapan yang mengatakan bahwa kata-kata adalah doa itu benar adanya.
Dengan adanya kata mager, manusia Indonesia tanpa ada rasa bersalah sedikitpun meningkatkan kemalasannya. Mengapa kata sebuah kata dapat meningkatkan kemalasan manusia? Berawal dari mengikuti tren utnuk mengatakan kata-kata mager, lama-kelamaan manusia memiliki tanaman mager yang tertancap di alam bawah sadarnya karena terjadinya pengucapan yang berulang-ulang. Jika alam bawah sadar sudah bekerja, maka kekuatan otak sadar tidak ada apa-apanya.
Mungkin secara langsung anda tidak akan percaya bahwa hanya dengan mengggunakan kata mager setip hari akan membuat anda malas. Namun, buktikanlah sendiri progress pergerakan anda setelah mengenal kata ini. Hal yang juga menjadi ketakutan saya pribadi dengan lahirnya kata mager ini adalah manusia Indonesia akhirnya tak ingin bergerak lagi. Memang terdengar gila, tapi jika anda mau mengambil pelajaran dari beberapa animasi seperti doraemon di negeri robot, kita dapat melihat bahwa dunia dikuasai oleh para robot? Mengapa? Karena sekali lagi “mager”. Dalam cerita ini manusia yang awalnya malas bergerak menjadi tidak mapu lagi bergerak. Itukah yang kita inginkan? Jika tidak, sadarilah dari sekarang, apa sebenarnya esensi dari penggunaan kata mager ini dalam kehidupan.
Dan kata terakhir yang akan saya bahas adalah ambis atau ngambis. Apa yang salah dengan kata ambis? Secara arti katanya, ambis bukanlah kata yang mengajarkan kita untuk bersikap negatif. Namun penggunaannyalah yang kembali lagi akan memundurkan manusi Indonesia. Kata ambis juga berkembang di kalangan remaja, khususnya para pelajar dan mahasiswa. Apakah arti ambis itu sendiri? Sampai-sampai para pengucapnya dengan gampang ambis sana ambis sini.
Jika kita telaah dan jika memang benar ambis itu merupakan bahasa Indonesia yakni ambisius, maka ini bukanlah kata yang menerangkan adanya sifat negatif pada diri seseorang. Ambisius ada karena seseorang yang ingin mencapai ambisinya dengan serius. Tak ada kesalahan akan hal tersebut. Namun segelintir orang yang mungkin karena minder dengan dirinya menggunakan kata ambis untuk meneriaki lawa bicaranya atau individu lainnya dengan kata ambis saat mereka mencoba melakukan apa yang ahrusnya mereka lakukan selayaknya seorang pelajar.
Contoh nyata yang saya temukan sendiri dalm kehidupan ini adalah saat di kelas, jika ada teman mereka yang mengacungkan tangan atas pertanyaan dosen, ambis muncul. Jika ada teman mereka yang maju ke depan menyelesaikan sebuah soal, ambis muncul, jika ada di antara teman mereka yang mengerjakan tugas tepat waktu, lagi-lagi ambis muncul. Jika ada teman mereka yang mengutarakan mimpi dan keinginannya, lagi, lagi dan lagi ambis muncul.
Apa yang salah dengan semua hal tersebut? Bukankah orang-orang yang diteriaki ini hanya melakukan tugas mereka seyogyanya sebagai seorang pelajar ataupun mahasiswa? Maka jawablah pertanyaan tersebut dalam hati kita. Apakah orang lain yang ambis? Ataukah kita sendiri yang iri karena tidak dapat melakukan apa yang dilakukan orang tersebut sehingga menggunakan kata ambis untuk menolak kemajuan mereka. Kata ambis yang kerap diunakan ini, lama-kelamaan juga akan menjadi racun bagi para pelajar yang memang serius untuk menggapai masa depannya. Jika mental mereka tidak kuat menerima kata ambis ini, dikhawatirkan mereka tidak mau lagi untuk berambisi mengejar cita-cita mereka. Hal ini akan berdampak pada masa depan Indonesia yang awalnya penuh ambisi dan semangat, menjadi Indonesia yang layu, inder dan tidak mau tampil lagi.
Oleh karena itu, kita harus sadar, bahwa negara kita Indonesia adalah negara berkembang, kemana arah perkembangannya? Semua tergantung kita para pemuda tunas bangsa. Akankah indosia berkembang ke arah yang lebih baik atau sebaliknya. Jadi saya pribadi sangat mengharapkan untuk berhati-hati dalam penggunaan bahasa, karena kita tidak perah tahu kapan bahasa itu kan menetap di alam bawah sadar kita, dan jika itu terjadi snagatlah sulit untuk membuangnya dari diri kita sendiri. Untuk diri saya sendiri dan untuk anda yang setuju dengan saya “No Baper, No Mager, No Ambis”.

Aulya Ulfah Rahmadhani-Geologi 2015

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar